Sabtu, 30 Mei 2015

BukuMuka

"Whoa! You have more than seven hundred friends!"
...mendadak saya merasa seperti selalu dikuntit atau diintip dalam rumah sendiri
Itu tulisan yang tertera di tembok Buku Muka (maksudnya wall Facebook yah) saya sekitar satu bulan yang lalu, dari Suse Schmidt. Lalu saya pun membalas, dengan mengatakan bahwa saya itu sebenarnya bukan tipe gawol getoch, sampai memiliki 700 orang (lebih!) teman. Kalau diseleksi-seleksi lagi, dari tujuh ratus itu, hanya sekitar 500 orang yang saya kenal beneran; entah itu saudara, teman satu TK, SD, SMP, SMA, kampus, teman gereja, teman jalan-jalan, teman kantor yang dulu-dulu, teman blogger jaman dahulu, murid-murid SMP-SMA saya, mahasiswa saya, teman satu les macam-macam, murid-murid les --- begitulah. Dan harap dicatat, tidak semuanya benar-benar terlibat (persahabatan/asmara*alah*/pekerjaan/organisasi/klab/etc) dengan saya; ada kok yang cuma pernah berbasa-basi doang, malah ada juga yang saya kenal sebatas 'hai' selewatan. Kalau dihitung-hitung siapa yang saya kenal beneran, ya jelas nggak sampai segitu. Saya kan bukan tipe gawol getoch loch, ingat? ;-)
Dan Suze pun bingung. Dari mana datangnya 700 lebih orang tersebut? Saya bilang, entah. Tiba-tiba muncul permintaan berteman (yang seringnya tidak memakai introduksi dan bikin saya bingung dan bertanya-tanya 'Ini siapa sih?'). Cuma, waktu itu sih saya nggak ngerasa ada ruginya juga untuk menerima ajakan pertemanan, jadi ya sudah --- saya setujui semua permintaan berteman. Ada saudara saya yang bilang bahwa seharusnya akun Buku Muka itu diperlakukan hati-hati. Selektif dalam menerima ajakan berteman. Karena kalau asal terima saja, berbahaya, soalnya saya kan nggak kenal dengan orang-orang yang mengajukan permintaan berteman dengan saya. Kalau ternyata mereka-mereka itu orang jahat , mungkin saja mereka bisa menyalahgunakan foto atau informasi di dalam akun saya. Waktu itu, saya bilang, nggak ada yang penting juga yang saya masukkan dalam akun Buku Muka saya. Nggak ada data-data yang merangsang orang untuk berbuat yang tidak-tidak. Jadi santai saja. Apa bahayanya berteman dengan orang baru? Walaupun, saya juga bingung, apa orang-orang meminta pertemanan itu karena memang ingin berteman beneran? Soalnya buntutnya, saya nggak jadi akrab juga tuh dengan muka-muka baru tersebut. Saya malah berpikir, jangan-jangan cuma iseng doang. Soalnya saya juga pernah begitu. Gara-gara seseorang bilang bahwa Franky Sihombing sering menuliskan status yang kocak, saya jadi iseng mengajukan permintaan berteman dengannya, cuma untuk membuktikan bahwa statusnya memang beneran lucu --- nggak penting banget kan. Cuma waktu itu ditolak bok, telat. Katanya : Franky Sihombing has already had too many friends. Haha. Saya jadi membayangkan kalau di dunia nyata, dialognya seperti ini
Saya : Bang Franky, saya mau dong jadi teman Abang... Franky : Nggak, ah. Saya udah kebanyakan teman!
(Nanya dong, jumlah maksimal teman seseorang dalam Buku Muka tuh berapa sih? soalnya sekarang saya coba lagi, sudah bisa. Haha.) Oke, hentikan, mulai deh ngelantur. Anyway, pemikiran saya berubah, ketika baru benar-benar secara intensif mengamati bahwa dalam Buku Muka ini, yang namanya rahasia nggak ada, kita ikutan kuis apa, baru nulis di wall siapa, bahkan baru mengunjungi pet siapa di Pet Society pun tercatat. Eh, teman saya pernah menguji kewaspadaan orang terhadap beberapa pencatatan aktivitas atau perubahan yang terjadi dalam akun seseorang, ternyata, kebanyakan mahluk-mahluk Buku Muka (termasuk saya tentunya) sangat responsif terhadap perubahan keadaan relationship dan status. Coba deh, mendadak rubah keadaan relationship, pasti ada setidaknya tiga atau empat yang berkomentar. Atau masukan curcol-curcol jeritan hati terdalam sebagai status --- pasti ada yang menanggapi. :D Eh OOT, status yang sampai sekarang menurut saya pol adalah status seorang teman yang menulis : Nggak ada kerjaan nih, jadi caleg ah! Haha. Mungkin saya konyol ya, tapi mendadak saya merasa seperti selalu dikuntit atau diintip dalam rumah sendiri. Agak malas juga kalau orang lain(yang nggak kenal saya) bisa membaca apa yang saya tulis di tembok orang, atau komentar saya pada satu foto. Kalau cuma membaca mungkin tidak terlalu masalah, tapi ada beberapa kejadian yang dialami oleh beberapa teman saya; ada yang terkena gosip gara-gara foto (plus komen-komennya) disalahtanggapi oleh orang. Bermasalah dengan kerabat, bermasalah dengan entah siapa lagi. Pokoknya kehidupan dunia nyata, mendadak ribet gara-gara Buku Muka. Walaupun sudah mulai merasa jengah, tapi saya masih cuek, karena yakin, saya nggak pernah barebas melakukan hal yang aneh-aneh di Buku Muka, jadi nggak mungkin terkena masalah. Sampai satu saat, ada satu kejadian yang bikin saya berpikir panjang, salah satu foto dalam album saya tiba-tiba ada juga di album seseorang dan diberi judul : My Frenzz. Untung saya kenal orangnya walau nggak dekat, dan saya tahu maksudnya mengambil foto tersebut baik, menunjukkan bahwa saya temannya (Lain kali, kalau mau gitu, bilang-bilang ya, Dik.) --- walaupun foto-foto saya nggak ada yang nganeh-nganehi seperti mandi di Bali dalam keadaan telanjang dengan adik *amit-amit ya dek, males banget*, tapi lumayan membuat saya ngerasa nggak enak juga. Ini cukup membuat saya sedikit mengakui bahwa saudara saya ada benarnya juga. Buku Muka itu lumayan nggak aman. Apalagi dengan tampilan barunya yang membuat tidak ada rahasia antara kau, aku, dia dan mereka. (Dan saya pun langsung meremove tag foto-foto saya serta menghapus sebagian besar album, serta meminimalisir informasi di dalamnya,hehe.) Kalau pemilik akun nggak selektif, bahaya nggak sih? Soalnya, siapa saja bisa bergabung di Buku Muka. Bahkan orang iseng dengan Muka Palsu sekali pun. Eh, contoh ini mungkin menunjukkan betapa berpikiran negatifnya saya. Ceritanya seseorang yang meminta pertemanan dan saat itu saya sedang iseng, membuka profilnya. Di dalamnya hanya terdapat satu foto yang terlalu artistik, seperti foto untuk majalah, cantik ya bok orangnya, seluruh isi pesan di temboknya berasal dari cowok-cowok yang terkaing-kaing TAPI tidak ada yang menunjukkan bahwa mereka mengenal orang tersebut di dunia nyata. Ia juga tidak memiliki foto aktivitas yang ditandai oleh teman di dunia nyatanya. Seenggak gaul-nggak gaulnya saya, saya masih punya tuh beberapa foto yang ditandai oleh teman saya. Tiba-tiba saya mikir, jangan-jangan ini akun palsu/iseng yang dibuat orang dengan alasan tertentu? Ih. Males kan kalau ada orang iseng dalam daftar teman Buku Muka? Iye, ada yang bilang, kita bisa mengatur, siapa yang bisa melihat bagian mana akun kita, tapi sampai seaman apa? Eh, entri ini bukan ingin mengatakan bahwa saya bakal menghapus-hapus teman-teman nggak yang saya kenal lho, ya, enggak. :) Karena, jujur saja, memiliki 700-an orang itu ada untungnya, contoh, saya pernah mengiklankan bahwa saya butuh golongan darah tertentu untuk membantu seorang teman - eh, ada yang menanggapi. Saya pernah memasukkan catatan tentang pengumpulan buku untuk Timor Leste, eh ada juga dong, yang menanggapi. Itu baru dua, dan saya yakin, ke depannya pasti ada hal-hal lain yang menguntungkan juga. Tapi ya, itu --- saya kembali berpegang pada prinsip mendasar; hati-hati kalau mau beraktivitas di dunia maya! Eh iya, ngomong-ngomong soal teman-berteman di Buku Muka, ada lomba banyak-banyakan teman tuh! Hadiahnya Blackberry. Haduh. Hayo, siapa yang sudah atau akan ikutan? :D Lumayan lho, dapat Blackberry, biar makin lancar ber-bukumuka-rianya. Hihihi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar